Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
dr. Povi Pada Indarta, Sp. P (K) Onk., FISR
Charitas Hospital Palembang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) didefinisikan sebagai kelainan paru heterogen yang ditandai dengan keluhan respirasi kronik (sesak napas, batuk, produksi dahak) dikarenakan abnormalitas saluran napas (bronkitis, bronkiolitis) dan/atau alveoli (emfisema) yang menyebabkan hambatan aliran udara yang persisten dan seringkali progresif (PDPI, 2023) Hambatan aliran udara kronik yang merupakan karakteristik PPOK terjadi disebabkan oleh kombinasi obstruksi saluran napas kecil dan kerusakan parenkim. Besarnya derajat obstruksi saluran napas kecil maupun kerusakan parenkim yang dialami dapat sangat bervariasi dari orang ke orang dan keduanya saling berkontribusi dalam mekanisme terjadinya PPOK
The Asia Pacific COPD Round Table Group memperkirakan jumlah pasien PPOK sedang hingga berat di negara-negara Asia Pasifik tahun 2006 mencapai 56,6 juta orang dengan prevalens 6,3%. Angka prevalens berkisar antara 3,5-6,7%, di China mencapai 38,160 juta orang, Jepang 5,014 juta orang dan Vietnam 2,068 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta orang dengan prevalens 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok karena 90% penderita PPOK adalah perokok atau mantan perokok. Pada wilayah Asia Pasifik yang telah dilakukan survey, prevalens PPOK masih cukup tinggi. Pada tahun 2012, prevalens PPOK di Asia Pasifik sebesar 6,2% dan sekitar 19,1% merupakan pasien PPOK derajat berat dengan angka prevalens berkisar 4,5% di Indonesia dan 9,5% di Taiwan.
Faktor Risiko
Gejala yang dirasakan
-
Sesak napas yang progresif
-
Batuk Kronik
-
Produksi sputum makin banyak
-
Sputum Berubah warna
-
Keterbatasan aktivitas
-
Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik
Derajat Eksaserbasi
Komplikasi
-
Gagal napas
-
Gagal napas kronik
-
Hasil analisis gas darah PO2 < 60 mmHg dan PCO2 > 60 mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :
-
-
-
Jaga keseimbangan PO2 dan PCO2
-
Bronkodilator adekuat
-
Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
-
Antioksidan
-
Latihan pernapasan denagn pursed lip breathing
-
-
-
-
Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh:
-
Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
-
Sputum bertambah dan purulent
-
Demam
-
Kesadaran menurun
-
-
-
Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.
-
Kor pulmonal
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit >50%, dapat disertai gagal jantung kanan.
Referensi :
-
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). PPOK ; Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta. Ed 2023
-
World Health Organization. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). 2022.
-
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (2023 Report).
-
Kosasih A, Sutanto YS, Susanto AD. PPOK Panduan Umum dan Praktik Klinis Penyakit Paru dan Pernapasan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021.
-
Regional COPD Working Group. COPD prevalence in 12 Asia-Pacific countries and regions: projections based on the COPD prevalence estimationmodel.
-
Gerald LB, Bailey WC. Global initiative for chronic obstructive lung disease. J Cardiopulm Rehabil. 2022;22(4):234–44.
-
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2016.
-
Kosasih A, Sutanto YS, Susanto AD. PPOK Panduan Umum dan Praktik Klinis Penyakit Paru dan Pernapasan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021.
-
Siti Q, Aini H. Gambaran Jumlah Neutrofil Darah Tepi Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) di Ruang Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2017. 2017.
-
Agustí A, Celli BR, Criner GJ, Halpin D, Anzueto A, Barnes P, et al. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 2023 Report: GOLD Executive Summary. Am J Respir Crit Care Med. 2023 Apr 1;207(7):819– 37.
Kembali